Kamis, 20 September 2012

cerita seks di warnet

cerita Dewasa || Ngesex di Warnet bareng Rani dan Yuni - Adult stories 21 adalah sebuah situs weblog yang menyediakan cerita khusus dewasa, cerita seks, cerita seks suami istri cerita mesum, cerita pemerkosaan, cerita bercinta, cerita dewasa hot, cerita sedarah, dan cerita cerita seks yang lainnya, juga menyediakan cerita
dewasa seks terbaru, sehingga dimohon hanya untuk dibaca oleh yang sudah berumur diatas 21+. Berikut ini adult stories 21 akan berbagi cerita seks dewasa - Cerita Dewasa || Ngesex di Warnet bareng Rani dan Yuni.
cerita-seks-sex-ewe-ngentot

Rani tidak mengenakan seragam SMP saat memasuki warnet. Aku yang di dekat pintu bisa melihat dengan jelas anak ini sudah besar sekarang. Tubuhnya bagus, ranum. Ia berjalan ke meja kasir, berbicara sebentar dengan Yuni pegawainya yang tomboy berkulit gelap, kemudian bertukar tempat dengannya. Rani menjaga warnet sekarang. Semenjak kapan ??

Warnet ini langgananku, membnatuku saat aku kehabisan quota pulsa internet di GSM modemku. Dari pada browsing lambat dengan laptopku, aku lebih suka berjalan sebentar ke warnet dekat rumah, sebelum mengisi ulang pulsa GSM ku.

Aku telah selesai upload file dan kirim email ke Kamila di Malang. Sekarang waktunya pulang tidur sebentar sebelum bangun sore tuk ke jakarta Selatan lagi.

Warnet ini sedang kosong, tinggal aku sendiri dengan Rani, dan Yuni yang sekarang telah duduk diseberangku, meghadap monitor dan serius menulis sesuatu di lembar facebooknya. Aku berjalan ke arah Rani sambil merogoh dompetku, menyiapkan uang ribuan tuk membayar sewanya yang cuma sebentar.
Rani di belakang meja, menghitung uang dan mencocokan dengan tagihan di monitor, lalu mengeluarkan recehan kembaliannya.

- Rani sekarang jadi petugas di sini ? - tanyaku perlahan
- Hiyo mas, aku ndak bisa nerusin ke SMU, bapak ngomong kalo aku kerja aja dulu sebentar bantuin keluarga
- Terus yang nawari kerja di sini siapa ?
- mbak Yuni mas, katanya biar bagi2 aja hasilnya, kan mbak yuni juga ingin nyantai main facebook di komputer.
- Yang di meja sini tidak bisa buka facebook ? - tanyaku
- Yo ndak mas, kan ndak boleh sama pak Dodo.
- Tapi kalo emang bisa buka, kamu mau ? - tanyaku sambil bergerak ke belakang meja

Rani duduk di kursi sambil mengangkat kakinya sedikit ke atas, bersandar dengan laci kecil di bawahnya.
Ia menggeser tubuh kecilnya ke kiri, tuk memberiku tempat di situ.
Kubuka explorer, kucoba browse ke facebook, tapi yang muncul kotak putih. disitu terlihat angka 127.0.0.1 di kotak atas. Ah, segera kubuka prompt window, memanggil file host dan mengubah sedikit barisan di dalamnya.

- coba saja sekarang - aku bergerak keluar meja, ke pintu, bergerak keluar warnet

Tapi, segera kuhentikan langkahku, kuputar tanda tutup yang menghadap ke arahku, yang sekarang berbalik menjadi tanda buks. Warnet kunyatakan tutup sekarang. Perlahan gerendel pintunya kugeser, pintu tidak terbuka sekarang.
Aku kembali ke meja Rani, sambil melirik ke yuni yang sekarang berjoget ria di tempat duduknya, mendengarkan musik dengan kencang di headphone di kepalanya. Yuni sedang asyik sendiri.

Kududuk lagi di sebelah Rani, sambil meraih tangannya di mouse.

- Kalo facebook Rani sudah jalan, berarti bisa download ringtone musik untuk Rani.
- Wah asyik mas, aku mau lagunya ungu ya.
- Yah nanti, gantian sekarang aku mau cari lagu yang slow rock. bentar ya

Kubuka lembaran home page mesin pencari. Kali ini sengaja kubuka situs yang menempel promosi gambar dan film porno di kiri kanan nya.
Rani terbelalak, terlihat jelas dari pantulan benda metal di speaker komputer di hadapanku. Terlihat ia melirikku sebentar, tapi lali melotot ke arah monitor tanpa berucap apa2.

Sengaja multi tab di browser sudah kubuka banyak situs gambar dan film porno yang lagsung ku klik tuk streamingnya. kupelankan volume speakernya, kali ini kucoba pura2 download lagunya Linkinpark.
Tapi windows yang bertebaran itu sudah menampilkan dengan jelas adegan yang Rani belum pernah lihat.
Tanganya masih di atas meja saat kusentuh perlahan.

- Tanganmu mungil Rani, bisiku. - tangannya masih di meja dengan otot yang tegang.
- Kulitmu juga putih, seperti gadis yang ini.

Kuangkat tangannya, kuarahkan ke gadis tanpa busana yang berpose sexy di sudut layar.
Sekarang kuaktifkan webcam di depanku.
Sambil mengaktifkan window di belakang yang terlihat pria wanita melakukan sex di taman, aku mulai melihat window baru muncul memperlihatkan wajah kami berdua di monitor.
Rani masih melongo melihat apa saja yang ada di depannya. sambil sesekali bergetar menggigil.
ah, kubiarkan ia menikmati pemandangan di depannya beberapa menit.
Kemudian kutampilkan gadis belasan tahun yang bugil tanpa busana, berpose macam2 di monitor.

- Rani, cewek ini kulit dan dadanya bagus.
- Punyamu seperti ini juga kan ya ?

Tanpa sadar ia melihat ke bawah memperhatikan bentuk miliknya.

- Punya dia mungkin segini - tanganku kedepan layar mencoba pura2 mengukur dengan telapak tanganku
- Kalau punya Rani ...

Rani terkejut saat tanganku sudah menangkap salah satu buah di dadanya. Ditepisnya, tapi matanya tak pernah lepas dari monitor.

- Kalau punya Rani pasti bagus. - bisikku

 Perlahan kurangkul tangan kiriku ke punggung Rani, sambil mencoba meraih bawah lengan kirinya.
Rani diam saja, matanya masih ke depan.
Kali ini tangan kananku mencoba lagi ke dada Rani. berlagak mencoba mengukur besar cup di dadanya, aku telah menyentuh buah di dadanya, dan perlahan kuremas.
Kali ini dengan kedua tangan aku telah meremas kedua buah dada Rani!
Sambil sedikit membungkuk merasa geli, Rani menggoyan bahunya menolak.

- Nanti kuajari cara2 memakai komputer, agar bisa bikin film sendiri Rani. kuperlihatkan sekarang streaming webcamnya menampilkan preview dirinya di sebelahku.

Rani berekspresi di muka webcam, mengerutkan kening dan macam2 raut muka ditampilkan.
Dengan perlahan tapi pasti tanganku mulai masuk ke balik baju Rani.
Kutegakkan dudukku, mulailah tanganku merayap ke mana-mana di bawah bajunya.

Kuremas terus perlahan buah dadanya yang masih ranum itu, perlahan kuangkat ke atas cup penutupnya.
Tanpa ada bahan pemlindung dan pemisah, tanganku mulai meremas-remas perlahan.
Beberapa saat kemudian, bahunya dinaikkan, ketiaknya terbuka, Rani memalingkan kepalanya, menatapku.
Matanya terlihat bertanya-tanya.
Tanpa pikir panjang, kali ini tambah kudekatkan tubuhku, kuturunkan tangan kiriku, meraba dan mengusap perutnya.
Rani berkedip kedip sebentar.
Kemudian tanganku turun lagi, kali ini menyentuh celana dalam di balik roknya yang sudah kusingkap.
Kuremas perlahan tubuhnya di dada dan bawah perutnya, pangkal pahanya.
Terasa Rani mulai bergerak gelisah.
nafasnya mulai turun naik.
Ah, masa boodoh tidak peduli akibatnya, tanganku mulai bergerak ke balik celana dalam Rani.
tangannya menggenggam erat papan penahan keyboard di depannya.
Kurasakan tanganku tidak menyentuh sehelai bulu satupun saat beraksi di bagian bawah Rani
Gerakan gelisahnya makin kentara.
Akhirnya tangannya melepas papan laci keyboard di depannya.
Berputar setengah duduknya, ia kini menghadapku. Bergerak merangkulku di leher, matanya terpejam. mulutnya terbuka. Kaki kirinya diangkat naik ke bangku.
Tangankupun kini bebas ke mana-mana di tubuhnya.
Kuraba semua bagian tubuh Rani yang masih hijau ini, kurasakan semua benjolan dan lekukan tubuhnya yang masih ranum. Belum ada yang memetiknya. Aku yang pertamax.

- HUAAHHH!! - mulutnya terbuka mengeluarkan suara dan udara hangat dari dalam tubuhnya.

Tubunhnya gemetar sesaat, mencengkeram lenganku, dan leherku. Rani menggigil ...

Kuhentikan kegiatanku.
Kubiarkan ia bersandar kembali di kursi perlahan-lahan. matanya menerawang menatap sayu ke depan.
Rani terlihat bingung, tanpa berkata apa2 ditatapnya wajahku.
Kurapikan baju, bra, celana dan rok bawah Rani.
Kututup semua windows aktif yang menampilkan gambar2 panas tersbut. Kubersihkan bekas2nya.
Kubisikan perlahan

- Ya itulah yang dicari orang2 selama ini Rani. - sambil kucium belakang telinganya
- Kau harus pandai agar pacarmu bahagia nanti.
- Kalau kamu mau tau lebih banyak lagi, main2 aja ke kamarku. kau tahu kan kontrakanku ?

Setelah kukecup keningnya, aku perlahan ke luar warnet.
Kulihat Rani masih menatap punggungku, bengong, kulihat dari jendela kaca di depanku saat kuraih papan sinyal buka dan tutup itu. Saat kututup pintu warnet, kusempat melirik ke Rani yang sekarang menunduk memperhatikan pangkal pahanya dengan tangan satunya lagi memegang dadanya.

Sekian...
Artikel Terkait :